Meski sudah berpisah selama-lamanya dengan kekasih hatinya, gadis ini tetap mengingat mendiang sang kekasih dan menyimpan cinta itu selamanya.

Di Jalan Pattimura tepatnya di balik pagar Pattimura Park inilah, Yoseph menggantungkan harapan demi menghidupi keluarganya.

“Biasanya sudah bangun jam 9 pagi lalu ke sini, tapi kadang juga jam 10 baru datang,” kata Yoseph.

Perjuangan Yoseph tak sia-sia lantaran dengan pekerjaannya itu, dia bisa menguliahkan sang anak hingga bekerja di Jerman.

Pekerjaan sebagai juru parkir sendiri sudah dilakoni Yoseph sejak tahun 2014 silam.

Ia terpaksa banting setir menjadi juru parkir setelah dirinya terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagai anak buah kapal di tiga perusahan tempatnya bekerja.

Yoseph mengaku, awalnya dia bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di kapal udang milik PT Mina Kartika.

Namun perusahaan tempatnya bekerja bangkrut dan dia terkena PHK pada tahun 2005.

Setelah itu Yoseph kembali bekerja sebagai ABK di kapal Thailand.

Namun kebijakan moratorium Kementerian Kelautan dan Perikanan saat itu membuat banyak kapal asing yang beroperasi di Maluku harus hengkang.

“Karena perusahan (kapal) Thailand samua pulang lalu saya bekerja di kapal China lagi di Ngadi selama 1 tahun habis itu balik ke Ambon,” katanya.

Setelah tak lagi memiliki pekerjaan, Yoseph akhirnya memilih pulang ke Ambon dan bekerja sebagai juru parkir.

Lokasi pertama yang menjadi tempatnya mengais rejeki dari hasil menjaga dan mengatur sepeda motor di jalan yakni di kawasan Sam Ratulangi.

Yoseph mengisahkan situasi sulit mulai dirasakannya bersama keluarga saat ia tidak lagi bekerja sebagai ABK di kapal.

Padahal saat itu dia masih memiliki tanggungan menyekolahkan anak yang bungsu bernama Jen Fernatyanan.

Tak ingin harapan putri bungsunya itu putus di tengah jalan, Yosep pun bertekad akan bekerja sekuat tenaga untuk menyekolahkan anaknya tersebut hingga lulus dan masuk ke perguruan tinggi yang diimpinkan.

“Kalau anak saya yang tiga orang itu saya biayai mereka sekolah dengan hasil bekerja di kapal, tapi kalau yang bungsu ini saya sekolahkan hingga kuliah dengan uang hasil juru parkir,” ungkapnya.

Yoseph mengaku, uang yang diperolehnya dari bekerja sebagai juru parkir sangatlah kecil.

Bahkan kadang tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun ia telah bertekad anaknya harus bisa tetap bersekolah hingga kuliah di perguruan tinggi.

Ia mengaku sangat bangga dan beryukur karena impian itu dapat terwujud.

Bahkan anaknya tersebut kini telah bekerja di Jerman setelah sempat menimba ilmu selama setahun di negara tersebut.

“Jadi ada semacam program pertukaran mahasiswa Unpatti ke Jerman gitu, kaya ikatan dinas lalu anak saya ini ikut ke sana selama setahun. Saat itu semua mau dibayar oleh Unpatti tapi saya bilang tidak boleh jadi kita juga tanggung saat dia pergi ke Jerman,” katanya.

Setelah berada di Jerman selama setahun lamanya, putrinya itu kembali ke Ambon dan kini telah kembali lagi untuk bekerja di Jerman.

Yoseph pun mengaku bersyukur dari hasil bekerja sebagai juru parkir dia dapat menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.